Senin, 17 November 2014

Argumen : Kwik Kian Gie: "Istilah 'BBM Bersubsidi' adalah Pembohongan Publik!"



Kenaikan BBM sdh diputuskan, apa kata Anda?
Saya Menolak Kenaikan Harga BBM, Padahal Saya Jarang Beli Bensin

Oleh: @jonru

Ya, saya termasuk orang yang jarang beli bensin. Sebab saya ngantor di rumah, jarang membawa kendaraan. Kalaupun bawa kenderaan, paling cuma jarak dekat, sekitar 1 hingga 5 km.

Jadi SECARA PRIBADI, saya merasa tidak terlalu masalah dengan kenaikan harga BBM. Tidak terlalu berpengaruh terhadap keuangan keluarga saya.

Namun kenapa saya menolak kenaikan harga BBM? Karena:

1. Harga BBM dinaikkan justru ketika harga minyak dunia sedang turun.

2. Jokowi melanggar janjinya ketika kampanye. Dulu katanya dia tak akan menaikkan harga BBM. Bahkan ketika masih jadi walikota Solo, dia juga mengatakan dengan tegas bahwa dirinya tak setuju dengan kenaikan harga BBM.

3. Ketika harga BBM naik, harga barang-barang juga akan naik. Jadi walau saya jarang pakai kendaraan, tapi pasti kenaikan harga barang-barang akan berpengaruh terhadap keuangan keluarga saya.

4. Yang paling merasakan dampak kenaikan harga BBM (juga harga barang-barang) adalah rakyat kecil. Kasihan mereka! Padahal dulu mereka mungkin termasuk pemilih Jokowi juga.

5. Kenaikan harga BBM sangat jelas BUKAN untuk kepentingan rakyat. Padahal Jokowi katanya pembela rakyat. Mana buktinya?

6. Rakyat yang BUKAN pendukung Jokowi pun ikut merasakan akibat kenaikan harga BBM. Duh, ini sangat tidak adil!

7. Silahkan tambahkan sendiri... :-)
_______________________________________________
Update artikel terbaru Jonru. Klik http://www.jonru.com


Copas argumen Kwik Kian Gie, berikut argumennya.
Kwik Kian Gie: "Istilah 'BBM Bersubsidi' adalah Pembohongan Publik!"
Berapa sebenarnya keuntungan Pemerintah dari minyak (asumsi bensin premium)?
1 barel = 159 liter
1 USD = Rp12.000

Menurut Kwik Kian Gie, biaya untuk mengangkat minyak dari perut bumi (lifting) + biaya pengilangan (refining) + biaya transportasi rata-rata ke semua pompa bensin adalah 10 USD, atau jika dalam rupiah 10 : 159 x 12.000 = Rp754,7 dibulatkan = Rp755/liter. Jadi sebenarnya dengan menjual premium Rp6.500/liter, Pemerintah sudah untung sebesar 6.500 - 755= Rp5.745/liter. Sekarang tinggal dikalikan berapa liter kebutuhan (konsumsi) dalam negeri, itulah 'keuntungan' yang diperoleh Pemerintah dari hasil jualan bensin premium pada rakyatnya sendiri!
Minyak dari perut bumi sendiri dan menurut UUD’45 Pasal 33 untuk kesejahteraan rakyat Indonesia: jangankan GRATiS, malah rakyat disuruh beli dengan harga Rp6.500? Sekarang Pemerintah mau ambil untung berapa rupiah lagi dengan menaikkan BBM menjadi Rp9.500?
Subsidi itu ada kalau Pemerintah merugi, artinya harus ‘nombokin’ (memberi bantuan tunai). Kenyataannya dengan menjual Rp6.500 per liter, Pemerintah masih untung, bahkan untung besar. Lantas, di mana letak subsidinya? Pemerintah selalu bilang “Rugi, tekor, dll…!” Di mana ruginya? Di mana tekornya? Istilah 'BBM bersubsidi' adalah pembohongan publik!
Sekarang yang juga jadi pertanyaan adalah “Adakah negara-negara di dunia ini yang menjual minyaknya (untuk konsumsi dalam negerinya) dengan harga di bawah harga pasar (harga New York Mercantile Exchange/NYMEX)?” Jawabnya ada! Beberapa negara yang menjual minyak di bawah harga NYMEX, di antaranya:
      1.      * Venezuela Rp 585/liter
      2.      * Turkmenistan Rp 936/liter
      3.      * Nigeria Rp 1.170/liter
      4.      * Iran Rp 1.287/liter
      5.      * Arab Saudi Rp 1.404/liter
      6.      * Libya Rp 1.636/liter
      7.      * Kuwait Rp 2.457/liter
      8.      * Qatar Rp 2.575/liter
      9.      * Bahrain Rp 3.159/liter
     10.     * Uni Emirat Arab Rp 4.300/liter
     11.     * Indonesia Rp 8.500/liter
Selama bertahun2, rakyat cuma ‘dikibulin’ Pemerintah! Apakah hal ini akan akan terus berlanjut pd masa pemerintahan Jokowi-JK ???

Para Jokowers yang mendukung kenaikan harga BBM adalah:
1.    Yang usianya masih muda, belum menikah, biaya hidup masih ditanggung oleh orang tua.
2.    Yang hidupnya cukup mapan dari segi finansial, jadi harga BMM dan sembako naik, bagi mereka tak terlalu masalah. Mereka inilah yang biasanya pake argumen dan analisis2 yang SEOLAH-OLAH ILMIAH untuk mendukung kenaikan harga BBM.
3.    Para pencinta buta yang punya prinsip, "Biarlah hidupku menderita karena harga BBM naik, yang penting idolaku hidup bahagia di singgasananya."
4.    Par pencinta yang sebenarnya merasa berat dengan kenaikan harga BBM. Tapi demi gengsi, mereka pura-pura mendukung.
Mereka ini sepertinya tidak mikir, bagaimana nasib wong cilik, yang hidup susah, kini makin susah karena harga-harga naik
Dulu katanya Jokowi akan membela wong cilik. Sekarang buktinya...??? Ya sudahlah Salam Gigit Jari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar