Senin, 29 Desember 2014

IBU SHOLAT DI TENDANG, ANAK JADI ANJING






IBU SHOLAT DI TENDANG, ANAK JADI ANJING

Kisah mirip Malin Kundang kemarin terulang di Dusun Sigambal, Desa Pinang Awan, Kec. Torgamba, Labuhan Batu Selatan. Seorang siswi SMP mendadak berubah wujud usai menendang kepala ibunya yang lagi sholat.

Gadis belia itu menjelma jadi ular berkepala anjing.
Hingga akhir November kemarin, kabar itu menggemparkan warga di sana. Tapi anehnya, banyak warga setempat termasuk perangkat desa, kompak tutup mulut soal identitas gadis durhaka dan ibu malang itu.

Alasannya, mereka takut kualat atau tertular kena kutukan. Karena itu, beredar kabar: ibu dan anak itu telah diungsikan ke sebuah lokasi rahasia di Medan. Itu dilakukan demi menghindari
kedatangan ratusan orang dari berbagai daerah yang ingin melihat anak durhaka itu.

Kebenaran kisah heboh ini kemarin dibeber UT, seorang warga di lokasi kejadian. Ia memperlihatkan rekaman dari handphone yang menggambarkan sesosok gadis telah berubah wujud menjadi binatang. Pengakuan UT, rekaman itu diambilnya sendiri. Dalam rekaman, terlihat jelas seekor ular berkepala anjing dengan posisi meliuk.

Anehnya,ular  berkepala anjing itu memiliki 2 tangan menyerupai biawak, juga memiliki rambut putih panjang. Tayangan dalam rekaman, sambil berputar keliling, ular berkepala anjing itu terdengar mengeluarkan jeritan dan isak tangis sembari berurai air mata. Banyak warga yang menyaksikan merasa prihatin sekaligus ngeri melihatnya.

Menurut UT, gadis durhaka yang masih duduk di bangku kelas 2 SMP itu, dalam kesehariannya berperangai buruk dan sering melawan orang tuanya yang hanya bekerja mocok-mocok, sesekali mencari upahan kerja kepada para tetangga dan kerabatnya.
UT bercerita. “Suatu hari,” ucap UT tanpa mau menyebut pasti tanggal kejadiannya, “gadis belia itu merengek minta dibelikan sepeda motor Yamaha Mio kepada ibu kandungnya. Karena merasa disepelekan dan diacuhkan sang ibu yang sedang sholat, dia tiba-tiba menendang kepala ibunya ketika sedang bersujud.”

Inilah awal petaka itu. Saat itu juga, wajah gadis itu sontak berubah wujud menjadi anjing kurus. Seluruh badan dan kakinya lalu berubah menjadi ular. Ketika sang ibu menyelesaikan sholatnya, kontan dia menjerit histeris dan menangis meraung-raung melihat puteri kesayangannya telah berubah
wujud.

Hingga akhir November lalu, Kapolsek Torgamba, AKP Tampubolon, enggan berkomentar soal kabar heboh yang
menggemparkan wilayahnya.

Bahkan menurutnya, tidak terjadi apa-apa di wilayah
hukumnya. Qarin Api Kejadian heboh ini berbeda dengan legenda
malin kundang. Kalau kutukan bagi malin kundang, terjadi usai ibunya berseru kepada Allah. Tapi kalau kutukan bagi anak durhaka yang hebohkan Labuhan Batu ini, akibat Allah langsung yang berseru. Kun fayakun. Jadi maka jadilah. Demikian penilaian spritualis Ki Ageng Awaluddin.

Menurutnya, perubahan wujud sang anak menjadi berkepala anjing akibat unsur api lebih mendominasi diri atau qorin si anak. Unsur itu pula yang membuat Iblis dan syetan banyak mengendalikan hidupnya.

“Hanya Allah yang dapat menjawab, kematianlah nantinya yang mampu merubah wujudnya kembali, itu pun tak lepas atas kuasa Allah,” ujar Ki Ageng soal kebenaran kisah itu.

Pun begitu, menurutnya, kisah Rahasia Illahi ini bukan tak mengandung pesan penting, terutama untuk ulama.

“Nyatakanlah kebenaran itu secara Islamiah, atas pengajaran terhadap sikap anak terhadap orang tua, alim ulama, guru atau sesama, karena hal itu tak terlepas peran alim ulama, dari apa yang dilihat para anak-anak. Ini juga menandakan alam sudah tua dan situasi saat ini kembali kepada kehidupan dan peradaban
yang tak mengedepankan moral serta menenggelamkan sendi-sendi kebenaran agama,” kata Ki Ageng sambil mengingatkan:
surga itu memang ada di bawah telapak kaki ibu. “Jadi semuanya itu adalah laknat Allah yang terjadi kepada anak durhaka itu,”

Semoga kita semua menjadi anak yang

SHOLEH dan SHOLEHAH..!!!
AaMIiN....

Ayahku Tukang Bangunan



Laporkan iklan ? 

SEORANG suami tanpa sengaja mendengar percakapan sang istri yang tengah menasihati anaknya. Anak itu merasa rendah diri karena ayahnya hanya seorang tukang batu (kuli).

“Nak, apakah kamu tahu, bagaimana gedung-gedung bertingkat dan apartemen mewah itu bisa berdiri? Bagaimana jalan tol dan jembatan layang bisa dibangun? Bagaimana pelabuhan dan bandara bisa digunakan? Semua membutuhkan orang-orang seperti ayahmu untuk mengerjakannya. ¬Memang ada para pengusaha dan investor untuk membiayainya. Ada arsitek dan desain interior yang merancangnya, juga ada para manager dan mandor yang mengawasi jalannya pekerjaan itu. Tapi tanpa ada orang-orang seperti ayahmu yang menggali tanah, mengaduk pasir dan semen, menyusun batu kali untuk jadi pondasi kemudian menjadikannya sebuah tembok kokoh anyg tidak mudah ambruk, semua impian mereka tidak akan terwujud,” ungkap si ibu kepada anaknya. 

“Di setiap rumah sakit, bank, gedung perkantoran, terdapat sidik jari dan butiran keringat ayahmu yang melekat di dinding bangunan itu,” lanjut sang ibu dengan penuh kasih sayang.
Si anak kemudian menghampiri dan memeluk ibunya sambil berkata, “Terima ¬kasih ibu, engkau telah membuat aku percaya diri dan bangga mempunyai ayah seorang tukang batu.”
Si ayah yang mendengar percakapan mereka kemudian masuk dan berkata kepada mereka, 
“Terima kasih kalian telah membuat hidup ayah sangat berarti.”