Laporkan iklan ?
SEORANG suami tanpa sengaja mendengar percakapan
sang istri yang tengah menasihati anaknya. Anak itu merasa rendah diri karena
ayahnya hanya seorang tukang batu (kuli).
“Nak, apakah kamu tahu, bagaimana gedung-gedung
bertingkat dan apartemen mewah itu bisa berdiri? Bagaimana jalan tol dan
jembatan layang bisa dibangun? Bagaimana pelabuhan dan bandara bisa digunakan?
Semua membutuhkan orang-orang seperti ayahmu untuk mengerjakannya. ¬Memang ada
para pengusaha dan investor untuk membiayainya. Ada arsitek dan desain interior
yang merancangnya, juga ada para manager dan mandor yang mengawasi jalannya
pekerjaan itu. Tapi tanpa ada orang-orang seperti ayahmu yang menggali tanah,
mengaduk pasir dan semen, menyusun batu kali untuk jadi pondasi kemudian
menjadikannya sebuah tembok kokoh anyg tidak mudah ambruk, semua impian mereka
tidak akan terwujud,” ungkap si ibu kepada anaknya.
“Di setiap rumah sakit, bank, gedung
perkantoran, terdapat sidik jari dan butiran keringat ayahmu yang melekat di
dinding bangunan itu,” lanjut sang ibu dengan penuh kasih sayang.
Si anak kemudian menghampiri dan memeluk ibunya
sambil berkata, “Terima ¬kasih ibu, engkau telah membuat aku percaya diri dan
bangga mempunyai ayah seorang tukang batu.”
Si ayah yang mendengar percakapan mereka
kemudian masuk dan berkata kepada mereka,
“Terima kasih kalian telah membuat
hidup ayah sangat berarti.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar